Refleksi Membaca Kitab Kejadian
Bersama umat CIC, saya membaca Kitab Kejadian. Saya berusaha untuk menjadi teman seperjalanan mereka, dua bab setiap hari, walaupun sering saya membaca lebih banyak dari dua bab jika ada waktu, sebagai cadangan kalau ada kesibukan. Jadi, sebenarnya saya mendahului umat yang lain. Nah, melalui tulisan ini, saya ingin berbagi refleksi saat membaca Kitab Kejadian.
Jalannya Latihan Rohani
Saya menghayati membaca doa Kitab Suci sebagai bentuk latihan rohani. Maka jalannya membaca Kitab Suci sebagai berikut:
(a). Doa pendek, mohon penyertaan Allah Roh Kudus. Membaca Kitab Suci bukanlah untuk menguasai pengetahuan tentang Kitab Suci, tetapi membiarkan diri dibimbing oleh Sang Sabda.
(b). Membaca dengan pelan-pelan, sambil menyadari bahwa saya berhadapan dengan Allah yang bersabda, walau Sabda KebijaksanaanNya sering tersembunyi dan tidak langsung jelas.
(c). Setelah selesai membaca, saya mencoba untuk menceritakan kembali dengan kata-kata saya sendiri, apa yang telah saya baca. Jika ada yang mengesankan, satu atau dua ungkapan saya ulang-ulang dalam hati.
(d). Doa ungkapan hati atas bacaan yang telah dibaca. Kadang ucapan syukur, kadang permohonan agar bisa meniru teladan dari tokoh yang diceritakan dalam Kitab Kejadian, misalnya Yusuf. Kadang-kadang ketika tidak ada inspirasi, hanya berdoa Kemuliaan saja.
(e). Ditutup dengan doa Bapa Kami.
Setelah Membaca Kitab Kejadian
Setelah menyelesaikan membaca Kitab Kejadian, saya mencoba mengumpulkan butir-butir refleksi. Jika disistematisasikan akan terlihat seperti berikut:
Perkenalan Diri Allah
Nama lain dari Kitab Kejadian adalah Kitab Sangkan Paranign Dumadi, atau ‘asal muasal dari segala sesuatu’. Dan kita akan menemukan, bahwa Allahlah yang menjadi asal dari segala sesuatu. Dialah Sang Causa Prima, penyebab awal dari segala sesuatu. Saya sangat takjub karena Tritunggal Maha Kudus sudah mulai diungkapkan. Dunia tercipta oleh Sang Sabda.
Penciptaan adalah Karya Kasih Allah. Allah menciptakan manusia pada hari keenam. Itu berarti manusia diciptakan setelah Allah menyiapkan segala sesuatu. Allah mewahyukan diri sebagai Allah yang penuh kasih.
Manusia di Hadapan Allah
Manusia adalah Mahkota Ciptaan. Kepada manusia Allah memberi kwalitas-kwalitas yang tidak diberikan kepada ciptaan yang lain. Manusia diberi kuasa dan bahkan menjadi mahkota ciptaan. Manusia menjadi mitra Tuhan dalam menyempurnakan ciptaan. Maka dalam bahaya global warming ini, manusia juga diajak untuk menjadi mitra Tuhan.
Hukum-Hukum Tuhan
Allah menaruh Hukum-hukumnya di alam ciptaan. Semua benda yang jatuh, akan jatuh ke bawah. Itulah hukum ciptaan yang disematkan Tuhan dalam ciptaan. Semua pasti, dan membuat teratur. Dengan hukum alam, semua akan menjadi teratur.
Hukum-hukum itu tidak hanya dalam alam ciptaan, namun Hukum Ilahi juga mengatur perilaku manusia. Semua pelanggaran yang kita lakukan pasti akan ada konsekuensinya, disadari atau tidak disadari. Itulah yang disebut juga dengan hukum tabur tuai. Siapa menabur dia akan menuai. Yakub misalnya, dia merebut hak kesulungan dari Esau. Dan sebagai akibat dia menanggung berbagai macam konsekwensi. Yakub sangat setia pada konsekuensinya, maka diceritakan juga dia bergumul dengan Tuhan.
Ketika manusia jatuh dalam kekeliruan, selalu ada tempat untuk pertobatan dan pemulihan. Hukum Gereja Katolik juga didasarkan pada hukum alam (law of nature) ini. Pengenalan akan hukum alam membuat kita memahami hidup dengan lebih baik.
Kebebasan Manusia
Dari kisah Adam dan Hawa, kita menyadari bahwa Allah memberikan kebebasan. Berbeda dengan makluk yang lain, Allah meberikan akal budi, kebebasan, kehendak dan ingatan-ingatan. Kebebasan itu membuat manusia menjadi raja segala ciptaan, namun, unfortunately, hal ini memampukan kita untuk melanggar kehendak Allah. Kita perlu hati-hati dalam kebebasan kita.
Berkaitan dengan kebebasan ini, ada Iblis yang menggoda manusia. Mengikuti Iblis dan goadaannya dalam jangka panjang akan membuahkan penderitaan.
Daftar Keturunan
Kitab Kejadian sendiri (dalam bahasa Inggris Genesis) berarti Daftar Keturunan. Dari daftar nama dan kisah-kisah mereka, saya bisa belajar tentang pilihan-pilihan sikap manusia dan buah-buahnya. Berhadapan dengan manusia, Allah sangat sabar di dalam mendampingi, mencintai dan mengarahkan manusia. Saya sangat asyik dalam mengamati dan melihat kisah hidup mereka, seraya juga merefleksikan sikap-sikap saya kepada Tuhan dalam hidup saya sendiri.
Para saudara, inilah refleksi saya. Bagaimana dengan refleksi anda, terutama 90-an teman yang bersama-sama membaca Kitab Kejadian? What you say, bukan dari kata orang, tetapi based on your own experience?
Saudaramu dalam Tuhan,
Rm. Petrus Suroto MSC