Catatan Pelayanan di CIC 2018-2022
“Confratermu yang semestinya ke Sydney mengalami kesulitan. Diputuskan, kamulah yang akan menggantikan untuk bertugas di Sydney”. Kata-kata Pater Superior pagi itu, ternyata menjadi gerbang pengalaman baru. Waktu itu saya tidak memiliki bayangan apapun tentang Australia. Butuh 6 bulan untuk mendapatkan visa, dan saat datang, saya tidak menyangka Sydney seindah ini: taman-taman yang luas, transportasi yang nyaman, kemakmuran yang significant, umat yang ramah dan kelompok-kelompok bina iman yang hidup-hidup. Tahun pertama pelayanan di Sydney adalah saat-saat yang indah. Saat hari Senin, hari day off, saya driving ke segala arah. Thank to Google map!
Tahun-tahun berikutnya, gelombang-gelombang datang. 2019, St. Josep’s Newtown tidak memperbaharui kontrak peminjaman Gereja, itu berarti CIC harus hijrah. Thanks Michael Phang yang bahu-membahu bersama umat dan Chaplain mendiskusikan, mencari tempat yang baru dan kemudian berpindah ke St. Pius V Enmore. Kita bisa berproses dengan tenang. Memang ada baiknya kita pindah. Gereja di Newtown sudah 200 tahun dan fondasinya tidak kuat lagi, atap yang sudah lebih dari 50 tahun sudah mulai rapuh dan genting mulai berjatuhan. Berbahaya untuk umat kita.
Tahun 2020 wabah Covid-19 datang. CIC cukup cepat dalam beradaptasi. Kita menghidupkan Tim Kerja untuk melayani umat secara online. Pada awal-awal memakai facebook. Dan kita pernah mendapatkan 6,000 viewers saat misa. Kemudian mulai menurun seiring dengan semakin banyak paroki-paroki yang misa online. Pada waktu itu kita menggalakkan pastoral dengan cara online. Kita belajar menjadi youtuber. Misa kita menggunakan youtube. Kita juga membentuk Tim Media CIC yang membantu umat untuk misa online. Pertemuan-pertemuan pendalaman iman dengan media zoom. Kita mengalami minus dalam kolekte satu, dan ditopang oleh Archdiocese of Sydney.
Tahun 2020 juga terjadi gelombang ketidakpercayaan umat pada sistem pengelolaan keuangan. Beda pendapat, gossip, menahan kolekte, penggunaan media sosial WA yang tidak bijaksana, teguran keras dari Archdiocese dan lain-lain. Tiba-tiba menjadi keruwetan yang tidak mudah untuk diurai. Umat non katolik menonton kita, dan menunggu bagaimana orang Katolik yang dikenal unggul dalam ketaatan kepada pimpinannya menyelesaikan hal ini. Dan kita mencoba menyelesaikan dengan tenang, mulai dari atas. Mengundang Representasi Keuskupan untuk bicara dengan kita. Setelah lebih kurang kita memiliki acceptance and understanding, kita mulai melangkah: format Dewan Keuangan yang lebih sesuai dengan aturan Gereja, deposito yang walau tidak dikembalikan tetapi dipisah-pisahkan seturut komunitas masing-masing dan akan dilanjuti dengan pengaturan-pengaturan praktis tata kelola keuangan. Property di Waterloo yang tadinya memakai nama CIC Daceyville diganti nama Trustee for the Roman Catholic of the Archdiocese of Sydney, seperti semua paroki-paroki lain. Tidak ada drama dalam penyelesaian. Kita katolik. Tenang, mencoba mengerti duduk persoalan, taat pada aturan Gereja dan di atas segalanya mendahulukan kasih. Dan pelan-pelan kita atur dan sempurnakan supaya concern umat dapat diindahkan tetapi tidak melawan aturan Gereja.
Tahun 2021, tepatnya akhir Juni 2021, Covid-19 datang lagi. Kali ini kita mengadakan misa online tetapi dengan media zoom. Misa dengan youtube sudah menjamur. Pemakaian zoom memungkinkan kontak antar umat kita sendiri. Maksudnya, supaya kesatuan umat tetap terjaga. Partisiapn umat agak stabil di angka 270. Kolektenya juga baik dan tidak lagi memerlukan dukungan finansial dari Archdiocese.
Tahun 2022, Umat CIC sudah mulai pulih. Namun tetap ada badai dalam diri Chaplain, yaitu kebetulan sekali pastor-pastor Indonesia semua berpindah ke tempat tugas baru di luar Sydney. Jadilah Chaplain CIC sendirian. Umat Indonesia non CIC yang tadinya menerima pelayanan dari pastor-pastor Indonesia yang lain, semua ke Chaplain CIC. Ada begitu banyak pelayanan yang tertunda saat Covid. Berkat rumah, perkawinan, doa-doa peringatan dan lain-lain. Terimakasih untuk sekretaris Chaplain yang mengatur jadwal Chaplain sehingga tidak terjadi double appointment. Chaplain sungguh hanya terserap pada pelayanan sakramental. Saya juga kehilangan orang-orang yang sangat saya sayangi, termasuk Ibu saya yang berpulang. Tidak mudah sebagai anak untuk tetap bakti pada orangtua, dan di sisi lain tetap setia pada tugas palayanan Gereja.
Namun pelayanan di CIC bukan hanya masalah gelombang tantangan. Jauh lebih berlimpah lagi kebahagiaan. Umat yang ramah dan penuh senyum, persahabatan dengan umat, acara-acara bina iman, ziarah, berbagi pengetahuan iman, berkendara membelah gurun, makan bersama, naik baloon, bridge climbing, menulis artikel adalah hal-hal yang menggairahkan. Rasa haru saat menemani umat dalam kesulitan-kesulitan: konseling dengan umat yang putus asa, tergoda bunuh diri, sakit, menemani umat menghadapi kematian, relasi dengan anak dan orangtua, struggle dalam perkawinan. Sorry, dalam banyak hal saya hanya bisa mendengarkan, menemani dan mendoakan.
Kini, puji Tuhan, CIC dalam keadaan stabil dan sehat. Sudah saatnya “Gas Pol” lagi. Ibarat mobil, sudah saatnya tancap gas kembali. Namun diperlukan driver baru, Chaplain baru. Rm. Agustinus Handoko MSC. Saya yakin CIC akan makin bertumbuh pesat kembali. Dan saya akan mengambil waktu untuk pembinaan diri. Sabbatical year. Tahun pemulihan yang akan diisi dengan refleksi, doa dan studi.
Walau baru akhir Desember 2022 saya meninggalkan Sydney, namun perkenankan saya mengucapkan terimakasih atas banyak hal indah yang saya rasakan selama hampir 5 tahun ini. Terimakasih boleh terlibat dalam karya pastoral di CIC Sydney. Terimakasih atas kerjasama yang baik terutama dengan para koordinator, Dewan Keuangan, Seksi-seksi, anggota Dewan, Kelompok bina iman. Terimakasih “Moto Team”, kelompok relawan yang siap membantu Chaplain pada saat harus berimprovisasi terutama pada masa pandemic Covid-19.
Tentu dengan disertai juga permohonan maaf atas kekurangan dan keterbatasan. Bersama Santo Agustinus, saya ingin mengucapkan hal ini lagi: “Sebab bagimu, saya adalah seorang imam. Tetapi bersamamu saya adalah seorang beriman. Imam adalah sebuah jabatan yang harus dipertanggungjawabkan. Menjadi beriman adalah rahmat!”
Saudaramu dalam Tuhan,
Fr. Petrus Suroto MSC