Dalam tulisan minggu lalu kita bahas tentang pengalaman krisis selama lockdown, hidup yang diwarnai suka dan duka, tekanan-tekanan yang tidak terduga. Lalu apa yang harus kita lakukan?
2) Asas dan Dasar
Menyadari itu semua, kita akan diperhadapkan dengan pertanyaan: apakah yang menjadi tujuan sejati dari kehidupanku. Untuk apa saya bangun pagi-pagi, dan bekerja. Sekolah dan mendapatkan pendidikan dan gelar akademik? Apa tujuan dari semua ini? Apa yang menjadi tujuan hidupku ini?
Menghadapi pertanyaan itu, baik kalau kita belajar kepada seorang Santo bernama Ignatius Loyola. Dia menyebutnya sebagai Asas dan Dasar. Dalam karya rohaninya, Latihan Rohani no. 23 dia menulis,
“Manusia diciptakan untuk memuji, menghormati, serta mengabdi Allah Tuhan kita, dan dengan itu menyelamatkan jiwanya. Ciptaan lain di atas permukaan bumi diciptakan bagi manusia, untuk menolongnya dalam mengejar tujuan dia diciptakan. Karena itu, ciptaan dapat dipergunakan dan atau dilepaskan sejauh itu membantu atau menjauhkan kita dari tujuan. Oleh karena itu, kita perlu mengambil sikap lepas bebas terhadap segala ciptaan tersebut, sejauh pilihan merdeka ada pada kita dan tak ada larangan. Maka dari itu dari pihak kita, kita tidak memilih kesehatan lebih daripada sakit, kekayaan lebih daripada kemiskinan, kehormatan lebih daripada penghinaan, hidup panjang lebih daripada hidup pendek. Begitu seterusnya mengenai hal-hal lain yang kita inginkan dan yang kita pilih ialah melulu apa yang lebih membawa ke tujuan kita diciptakan.”
Ini adalah fondasi rohani paling dasar, dan bahkan menjadi cara hidup yang berpusat kepada Allah. Benarkah kita mencari Tuhan ataukah yang kita cari adalah diri kita sendiri?
Ada tiga point penting yang kita pelajari dari Asas dan Dasar ini:
- Kita dikasihi Tuhan.
Kita dikasihi oleh Allah adalah nyata. Maka hidup bukanlah serangkaian kewajiban, melainkan suatu tanggapan akan kasih Allah. Memuji, menghormati Allah itulah tanggapan kita.
- Lepas bebas
Kita perlu lepas bebas pada perasaan-perasaan negatif kita. Dengan sikap lepas bebas kita akan menjadi manusia merdeka. Bukan kebebasan semau gue, tetapi untuk memilih yang membawa kita kepada tujuan.
- Sarana demi Tujuan.
Manusia sering terbalik-balik antara sarana dan tujuan. Apa yang seharusnya menjadi sarana dijadikan tujuan dan sebaliknya. Allah sebagai tujuan akhir tidak boleh ditempatkan sebagai sarana.
Maka para saudara, setelah kita memasuki masa-masa pasca Lockdwon ini, mari kita kembali menempatkan Tuhan sebagai Tujuan. Dan kita mengarahkan kembali kepada sarana-sarana utama yang kita pilih. Maka hidup susah yang kita pilih dan hidupi akan memiliki makna. Karena “barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya” (Matius 10:39).
Saudaramu dalam Tuhan,
Fr. Petrus Suroto MSC
UPDATE COVID-19
Dari Archdiocese of Sydney, kita mendapatkan penegasan berikut ini:
Churches are open to all people regardless of vaccination status.
- The only limit on attendance within a church is now the density limit: following the most recent update, that is now one person per 2sqm.
- Masks must be worn while inside a church.
Vaccinated members of the congregation are permitted to sing, but masks must still be worn.