Pernahkah anda merasa begitu lelah? Begitu lelahnya sampai merasa begitu sedih tanpa tahu sedih karena apa. Bahkan sampai menangis, dan tidak tahu menangis karena apa? Anda menjadi begitu sensitif sehingga bisa meledak dengan kemarahan. Kalau itu terjadi, itu berarti sumur kasih dalam hatimu mengering.
Hal di atas dirasakan oleh banyak orang. Perawat yang merawat orang-orang tua yang rewel. Orangtua yang merawat anaknya yang sakit. Anak yang merawat orangtuanya yang sudah tua. Konselor yang lelah mendengarkan keluh kesah konseli-nya. Dan daftar ini bisa diperpanjang.
Pepatah lama mengatakan: nemo dat quod non habet. Kita tidak bisa memberi apa yang tidak kita punya.
Di zaman modern dan di kota modern seperti Sydney, jika kita mengalami hal seperti itu kita akan dites secara psikologi. Dan kemudian menjalani serangkaian sesi konseling. Dan sering biayanya tidak murah.
Atau banyak orang kemudian suka memiliki account di facebook atau twitter. Memposting sesuatu, dan mendapatkan “peneguhan” dari teman-teman. Bahkan ada yang teman facebooknya atau follower twitter mencapai di atas 100,000.
Namun apakah sumur kasih kita terisi lagi?
Ada cara klasik untuk membuat sumur kasih anda terisi lagi. Cara klasik itu bersumber dari satu keyakinan. Hanya Tuhan yang memiliki kasih sejati. Kita memiliki kasih jika kita bersatu dengan sang Kasih itu. Man of God, man for others. Maka cara klasik itu adalah kembali kepada Tuhan.
Dan Tuhan sudah menunjukkan jalannya. Tuhan sang Pencipta dan Penyelamat sengaja menaruhkan kerinduan pada hati manusia. “Itulah yang kuingini: diam di rumah TUHAN seumur hidupku, menyaksikan kemurahan TUHAN dan menikmati bait-Nya (Mz 27:4). Maka kerinduan akan cinta ini adalah kerinduan akan Tuhan. Karena Tuhanlah Cinta sejati.
Maka yang kita perlukan seringkali hanyalah hal sederhana ini: duduk di Gereja, di depan Sakramen Mahakudus. Atau di rumah, menyalakan lilin, memasang salib, mematikan lampu untuk sementara. Dan kemudian kita diam. Pasif. Membiarkan kita disegarkan dan diisi oleh Tuhan dengan kasih-Nya. Karena hanya Tuhan yang memiliki kasih yang sejati.
Saudaramu dalam Tuhan,
Fr. Petrus Suroto MSC