Kamar Lenggo adalah salah satu tugas yang diberikan kepada para frater calon imam. Kamar Lenggo bukan tugas bergengsi. Setelah sarapan pagi, antara pukul 07.15-07.30, petugas kamar lenggo akan pergi ke kamar pastor pembina (yang biasanya juga dosen). Membersihkan kamar mandi, lantai, meja, merapikan buku. Di hari sabtu, pekerjaan lebih panjang karena ada tambahan menjemur kasur, bantal, mengganti seprei, menyediakan handuk-handuk dan seprai cadangan. Kalau kamar dari pembina itu ada taman kecil, kita bersihkan dan rapikan. Saya pernah menjadi kamar Lenggo dari Pastor Budi Rahardjo, kira-kira di tahun 1993.
Jujur, sebenarnya saya kurang menyukai tugas itu. Namun pandangan saya berubah saat mendengar konferensi atau pengajaran dari Pater Yong Ohoitimur (Saat ini adalah rektor de La Salle University Manado). Beliau mengatakan, pekerjaan-pekerjaan kecil adalah tugas perutusan yang harus dianggap serius. Tidak ada pekerjaan kecil. Ketika seorang kamar lenggo yang merapikan kamar kerja dari seorang pembina dan dosen, dia telah membantu sang dosen untuk bekerja efektif. Dia bisa membimbing calon imam atau mengajar Sekolah. Bahkan dia bisa menjadi pembicara di forum-forum seminar yang honorariumnya diberikan kembali ke komunitas. Dan kita nikmati bersama sebagai berkat Tuhan. Kebersihan kamarnya membantunya untuk bekerja. Jadi tidak ada tugas yang terlalu kecil. Semua tugas yang kita kerjakan, seperti menjadi kamar lenggo, memiliki efek positif bagi perkembangan Gereja.
Para saudara, peranan kita di komunitas CIC juga tidak bisa dipandang sepi. Ini adalah bagian kecil dari misi Gereja. Umat yang membuka dan menutup pintu Gereja, dan memeriksa kebersihan toilet sebelum pulang, misdinar yang melayani altar, kolektan yang mengumpulkan derma, komisaris yang tersenyum kepada umat yang hadir di Gereja, itu semua adalah hal-hal sederhana namun sangat berarti mendukung misi Gereja secara keseluruhan. Yang terpenting adalah kita melakukannya dengan hati riang. Maka saya selalu ingat ajaran seorang Jesuit yang mengajarkan doa singkat dalam hati, sebelum mengerjakan hal-hal sederhana. Seperti pagi ini, sebelum mulai mem-vacum kapel (ruang doa), saya doakan dalam hati. “Tuhan, semoga apa yang aku lakukan ini menjadi pujian dan pengabdianku kepada-Mu”.
Saudaramu dalam Tuhan,
Fr. Petrus Suroto MSC