SIRAKH 10:1-8: “Pemerintahan yang bijak mempertahankan ketertiban pada rakyatnya, dan pemerintahan orang arif adalah teratur. Raja yang tidak terdidik membinasakan rakyatnya, tetapi sebuah kota sejahtera berkat kearifan para pembesarnya.”
Umat CIC ytk,
Bacaan Injil di minggu biasa ke 29 ini, MATIUS 22:15-21, sangat menarik untuk dikupas dan direnungkan. Orang Farisi bersama orang Herodian mencobai Yesus dengan bertanya apakah boleh membayar pajak kepada Kaisar? Kemudian Yesus menjawab dengan mengatakan bahwa “berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada kaisar, dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan pada Allah.”
Banyak orang tidak bertanggung-jawab melakukan kewajiban dengan berbagai alasan pembenaran diri. Orang lebih suka membicarakan tuntutan yang menjadi haknya tetapi melalaikan yang menjadi kewajibannya padahal seharusnya hak dan kewajiban saling melengkapi, bukan saling menuntut. Namun kenyataannya tidak seperti itu di dalam segala bidang kehidupan duniawi maupun kehidupan rohani, ketimpangan hak dan kewajiban terjadi sehingga tidak heran timbul konflik kepentingan yang masing-masing orang mengklaim dirinya benar melakukan tuntutan haknya tetapi tak peduli kewajiban harus dipenuhinya.
Dalam bacaan injil, orang Farisi menguji sekaligus menjebak Yesus supaya salah menjawab pertanyaan mereka. Jika dijawab melarang membayar pajak kepada Kaisar maka Yesus dituduh makar menghasut rakyat memberontak. Matius 22:17 :”Katakanlah kepada kami pendapatMu: Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak?” Yesus mengingatkan membayar pajak itu adalah kewajiban bagi rakyat, begitu juga keadaan sekarang ini membayar pajak adalah kewajiban kita pada pemerintah. Yesus mengatakan bahwa bukan hanya kewajiban kepada Kaisar saja yang harus dilakukan tetapi kewajiban pada Tuhan. Dalam Matius 22:21 : Jawab mereka: “Gambar dan tulisan Kaisar.” Lalu kata Yesus kepada mereka: “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah.”
Lalu timbul pertanyaan; seperti apa ya kewajiban kepada Tuhan?
Saudara kita dari Kristen dengan lantang menjawab membayar persepuluhan dan persembahan khusus adalah kewajiban sebab ada dasar Firman Tuhan. Dalam Maleakhi 3:8 dikatakan: ”Bolehkah manusia menipu Allah? Namun kamu menipu Aku. Tetapi kamu berkata: “Dengan cara bagaimanakah kami menipu Engkau?” Mengenai persembahan persepuluhan dan persembahan khusus!” Bagaimana dengan kita umat Katolik? Tidak harus membayar persepuluhan tetapi sukarela memberi persembahan dengan dasar Firman Tuhan juga, 2 Korintus 9:7 “Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.”
Ada yang mengatakan bahwa kewajiban timbul karena ada perintah, peraturan. Maka dari itu kewajiban kita kepada Tuhan, atas dasar perintah, peraturan yang Tuhan berikan lewat para Nabi dan oleh Yesus secara langsung. Perintah Tuhan adalah mengasihi sesama dan mengasihi Tuhan (Markus 12:30-31) kemudian perintah untuk memberitakan Injil (Matius 28:19-20) dan peraturan Tuhan (Keluaran 20:1-17). Mari tanyakan diri kita masing-masing; apakah kita peduli dengan kewajiban kita kepada Tuhan ataukah kita lebih fokus pada tuntutan keinginan kita lewat doa kepada Tuhan.
Wahai umatku CIC Sydney ytk,
Kita tidak ada hak menuntut pada Tuhan sebab kita telah ditebus oleh Salib Yesus (1 Petrus 1:18-19). Sadarilah kita tidak ada hak sebab kita hanya ada kewajiban kepada Tuhan! Masih banyak umat kristiani tidak tahu akan hal ini karena tidak membaca Kitab Suci bahwa kita manusia tidak bisa menuntut Tuhan (Yesaya 29:16). Kita ini manusia diciptakan dan dibentuk oleh Tuhan maka wajar saja sebagai yang diciptakan pasrah mengikuti keinginan Sang Pencipta (baca Yeremia 18:1-17).
JADI,Kewajiban jika tidak didasari komitmen untuk melakukan dengan kerelaan hati maka yang ada adalah keterpaksaan sebab takut dihukum bila tidak lakukan kewajibannya. Tuhan menginginkan kita melakukan kewajiban kita dengan kerelaan hati dan terlebih lagi karena kita mengasihi Tuhan sehingga kita mau melakukan agar Tuhan senang dan bahagia. Matius 21:28-31a
Tetapi apakah pendapatmu tentang ini: Seorang mempunyai dua anak laki-laki. Ia pergi kepada anak yang sulung dan berkata: Anakku, pergi dan bekerjalah hari ini dalam kebun anggur. Jawab anak itu: Baik, bapa. Tetapi ia tidak pergi. Lalu orang itu pergi kepada anak yang kedua dan berkata demikian juga. Dan anak itu menjawab: Aku tidak mau. Tetapi kemudian ia menyesal lalu pergi juga. Siapakah di antara kedua orang itu yang melakukan kehendak ayahnya?” Jawab mereka: “Yang terakhir.” Idealnya, kita menjawab “Baik Bapa dan melakukan kehendak Bapa”. Bagaimana dengan anda UMAT CIC SYDNEY? Silahkan merenungkannya.
Fr. Agustinus Handoko MSC
Chaplain to the Indonesian Community
193 Avoca St, Randwick NSW 2031