(Sebuah Refleksi)
Kisah ini terjadi waktu saya pulang, dari Sydney ke Magelang, berhubung dengan meninggalnya ibu. Tidak butuh waktu lama untuk keluar dari Terminal Tiga Bandara Soekarno-Hatta, karena saya tidak ada bagasi. Saya menunggu di area penjemputan, karena saudara saya dan dua ponakan saya akan bersama-sama ke Magelang dengan menggunakan kendaraan pribadi. Setelah berjumpa, cepat-cepat saya naik mobil untuk langsung menuju Magelang. Kira-kira 30 menit setelah mobil melaju meninggalkan airport, saya mencari-cari tas kecil saya. Dan saya baru sadar, tas kecil saya tidak ada. Tas saya telah terjatuh atau tertinggal di bandara. Padahal di tas kecil itu berisi surat-surat penting: passport, KTP, SIM Indonesia, SIM Australia, Cleric Card, Bank card, buku Bank BCA, MPWP & PBJS. Ada juga kunci rumah dan uang. Semua ada di tas itu. Praktis padaku tidak ada apa-apa lagi. Kami panik dan langsung kembali ke bandara, namun membutuhkan waktu yang cukup lama untuk keluar toll dan masuk lagi menuju Bandara. Mana macet lagi. Saudara saya tak henti-hentinya berdoa, “Santo Antonius, doakanlah kami”. Butuh waktu satu setengah jam untuk sampai kembali ke Bandara. Saya dan keponakan saya masuk ke Bandara sementara saudari saya memarkir mobil.
Saya meminta tolong kepada petugas bandara supaya diantar ke area Custom. Saat itu saudari saya menelpon dan menangis keras sekali. “Romo, tasnya sudah ketemu. Sekarang ada di saya”. Rupanya saat dia akan parkir mobil, dia bertemu dengan seorang security dan menanyakan bagaimana caranya melaporkan barang hilang. “Tas hitam kecil, merek Katmandu berisi passport?”. Dan ketika benar itu tas saya, saudari saya meledak dalam tangis karena begitu mudahnya tas hilang itu ditemukan kembali.
Anda mungkin pernah mengalami pengalaman yang sama. Pengalaman berada dalam kesulitan besar dan ada tangan yang seperti memudahkan penyelesaiannya. Saya termasuk sering akhir-akhir ini mengalami hal-hal seperti itu. Bagaimana kita kita mensikapi hal-hal ajaib, atau bahkan mujizat yang terjadi dalam kehidupan kita?
Bersikap sombong seolah-olah kita dicintai Tuhan melebihi orang-orang lain bukanlah sikap yang tepat. Sikap bersyukur tentu hal yang baik, karena menyadari campur tangan Tuhan dalam kehidupan kita. Bagi orang yang beriman, tentu kejadian tas yang hilang dan ditemukan kembali bukanlah kebetulan belaka. Tuhan membantu kita sehingga tas tersebut ditemukan oleh orang yang tepat, kendati anda semua tahu ada ratusan dan bahkan ribuan di dalam bandar udara. Namun dalam syukur yang meluap kita bisa jatuh dalam kesombongan (bdk. Lukas 19: 9-14).
Membangun sikap pertobatan dengan penuh kerendahan hati adalah pilihan sikap yang lebih tepat. Mengapa tas kecil itu tidak diselempangkan sehingga tidak terjatuh? Kenapa bersikap sembarangan untuk hal-hal yang penting seperti passport dan lain-lain? Inilah sikap pemungut cukai yang kemudian dibenarkan di hadapan Allah (Bdk. 19:12-14).
Tuhan, terimakasih dan mohon ampun.