Site icon CIC Sydney

Pada Perayaan Tubuh dan Darah Kristus

St. Thomas Aquinas

Pagi ini saya ke kapel untuk berdoa pagi bersama para confrater MSC di Randwick. Dan sebagai bacaan rohani, ada penggalan tulisan dari Santo Thomas Aquinas. Saya terjemahkan untuk anda:

Sudah menjadi kehendak Allah bahwa kita dapat menjadi ilahi melalui Putra Tunggal Allah. Ketika Yesus mengambil tubuh duniawi, Ia memakainya untuk keselamatan umat manusia. Ia memakai tubuhnya sebagai kurban di kayu salib. Sebagai kurban yang membawa rekonsiliasi.  Ia menumpahkan darahnya sebagai penebus salah dan pemurnian diri dari segala dosa, sehingga kita mendapatkan rahmat penebusan. Kita dibebaskan dari situasi lama sebagai budak dosa dan dibersihkan dari semua dosa. Sebuah perbuatan besar Tuhan yang diberikan kepada kita.

Namun untuk memastikan bahwa kita ingat akan rahmat yang begitu besar, Ia meninggalkan tanda. Ia meninggalkan tubuhNya  sebagai makanan dan darahNya sebagai minuman, sebagai santapan bagi umat beriman dalam rupa roti dan anggur.

O, anugerah yang begitu besar yang membawa keselamatan! Adakah karunia yang lebih besar dari itu? Dalam hukum lama, adalah daging kambing dan lembu yang dipersembahkan. Namun kini, Yesus sendiri, Allah sendiri, yang menjadi kurban sebagai santapan. Adakah yang lebih besar dari ini? Tidak ada sakramen yang lebih besar daripada Ekaristi yang memiliki daya penyembuhan yang melaluinya dosa manusia dilebur, keutamaan-keutamaan ditumbuhkan, dan jiwa diperkaya dengan kharisma roh Kudus. Ekaristi dipersembahkan untuk kita yang hidup dan mereka yang sudah mati. Yesus menetapkan Ekaristi sebagai pengingat akan betapa besar kasihNya kepada kita. Namun tidak ada seorangpun yang bisa menggambarkan betapa manis kasih Allah kepada kita.

Untuk menekankan kebesaran kasih-Nya, Yesus menetapkan bahwa Ekaristi dalam perjamuan terakhir, agar ingatkan akan kasih ini tertanam dalam dalam hati para pengikutnya yang beriman. Dalam titik sebelum Ia pergi kepada Bapa-Nya, setelah menyelesaikan perayaan Paskah, Ia meninggalkan kenangan abadi, Ekaristi, pengorbanan sang Anak domba yang sudah dinubuatkan para nabi. Sebagai penebusan atas dosa umat manusia.

Refleksi

Menyadari betapa agung Ekaristi yang kita rayakan, apakah kita setia mengikutinya setiap Minggu sebagai ungkapan iman akan misteri keselamatan. Ataukah tergantung dari suasana hati sesaat: kalau lagi senang pergi ke Ekaristi, kalau lagi galau tidak mengindahkan undangan Tuhan dalam Ekaristi?

Padahal justru dalam keadaan yang susah dan galau, kita membutuhkan roti dari Surga, untuk menyegarkan dan mentransformasi hidup kita. 

Saudaramu dalam Tuhan,

Fr. Petrus Suroto MSC

Email: petrussuroto@gmail.com

Exit mobile version